PENGUJIAN SENYAWA ASAM KARBOKSILAT DAN DERIVATNYA (Laporan Praktikum Kimia Organik II)
PENGUJIAN
SENYAWA ASAM KARBOKSILAT DAN DERIVATNYA
(Laporan
Praktikum Kimia Organik II)
Oleh
Evi Nur Indah Sari
1413023018
Laboraturium Pembelajaran Kimia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
Bandar Lampung
2015
Judul percobaan :
Pengujian Senyawa Asam Karboksilat dan Turunannya
Nama :
Evi Nur
Indah Sari
Npm :
1413023018
Fakultas :
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan :
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi :
Pendidikan Kimia
Kelompok :
3(tiga)
Mengetahui
Asisten
NPM:
1.1
Latar Belakang
Asam karboksilat adalah
asam yang mempunyai peranan sangat penting. Gugus fungsi karboksilat, -COOH,
menjadi cirinya dan merupakan. Bila suatu gugus hidroksil terikat langsung pada
suatu atom karbon dari gugus karbonil maka akan terbentuk suatu gugus fungsi
baru yaitu gugus karboksil. Senyawa-senyawa yang mengandung gugus karbosil
merupakan asam, karena dalam air senyawa-senyawa tersebut sedikit mengalami
ionisasi dengan pelepasan proton dan dapat dinetralisasikan dengan basa.
Asam organik biasa juga
kita kenal dengan asam karboksilat, contohnya asam formiat (HCOOH) dan asam
asetat (CH3COOH). Asam-asam karboksilat bersifat asam lemah karena
asam-asam karboksilat sedikit mengurai di dalam larutan berair. Selain
itu, asam-asam karboksilat ini juga memiliki nilai tetapan disosiasi (Ka) yang
kecil, seperti asam formiat yang nilai Ka-nya hanya 1,28 x 10-4 atau
asam asetat dengan nilai Ka yang hanya berkisar sekitar 1,8 x10-5. Selain
asam-asam karboksilat ini bersifat asam lemah, masih banyak lagi sifat fisika
dan kimia dari asam-asam karboksilat. Dengan demikian, sifat fisika dan kimia
dapat diketahui dari asam karboksilat dan turunannya dapat diketahui secara
spesifik melalui percobaan asam karboksilat dan turunannyai.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan
dibuatnya makalah ini adalah untuk memahami identifikasi asam karboksilat dan
turunannya berdasarkan test hiroxamat.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu asam
karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus karboksil,
–COOH. Gugus karboksil mengandung gugus karbonil dan sebuah gugus hidroksil;
antar aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu kereaktifan kimia yang unik
dan untuk asam karboksilat
Asam asetat (CH3COOH)
sejauh ini merupakan asam karboksilat yang paling penting diperdagangan,
industri dan laboratorium. Bentuk murninya disebut asam asetat glasial karena
senyawa ini menjadi padat seperti es bila didinginkan. Asam asetat glasial
tidak berwarna, cairan mudah terbakar (titik leleh 7ยบC, titik didih 80ยบC),
dengan bau pedas menggigit. Dapat bercampur dengan air dan banyak pelarut
organik
Adapun
sifat-sifat yang dimiliki oleh asam karboksilat adalah:
1.
Reaksi Pembentukan Garam
Garam organik yang membentuk dan memiliki sifat fisik dari garam anorganik
padatannya, NaCl dan KNO3 adalah garam organik yang meleleh pada
temperatur tinggi, larut dalam air dan tidak berbau. Reaksi yang
terjadi adalah:
HCOOH + Na+
→ HCOONa + H2O
2.
Reaksi Esterifikasi
Ester asam karboksilat ialah senyawa yang mengandung gugus –COOR dengan R
dapat berbentuk alkil. Ester dapat dibentuk berkat reaksi langsung antara asam
karboksilat dengan alkohol. Secara umum reaksinya adalah:
RCOOH + R’OH
→ RCOOR + H2O
3.
Reaksi Oksidasi
Reaksi terjadi pada pembakaran atau oleh reagen yang sangat kokoh dan kuat
seperti asam sulfat, CrO3, panas. Gugus asam karboksilat teroksidasi
sangat lambat.
4.
Pembentukan Asam Karboksilat
Beberapa cara pembentukan asam karboksilat dengan jalan sintesa dapat
dikelompokkan dalam 3 cara yaitu: reaksi hidrolisis turunan asam
karboksilat, reaksi oksidasi, reaksi
Grignat (Fessenden, 1997).
Asam format
terdapat pada semut merah (asal dari nama), lebah, jelatang dan sebagainya
(juga sedikit dalam urine dan peluh). Sifat fisika: cairan, tak berwarna,
merusak kulit, berbau tajam, larut dalam H2O dengan sempurna. Sifat
kimia: asam paling kuat dari asam-asam karboksilat, mempunyai gugus asam dan
aldehida (Riawan, 1990).
Asam
karboksilat, dengan basa akan membentuk garam dan dengan alkohol menghasilkan
eter. Banyak dijumpai dalam lemak dan minyak, sehingga sering juga disebut asam
lemak. Pembuatannya antara lain melalui oksidasi alkohol primer, sekunder atau
aldehida, oksidasi alkena, oksidasi alkuna hidrolisa alkil sianida (suatu
nitril) dengan HCl encer, hidrolisa ester dengan asam, hidroilisa asil halida,
dan reagen organolitium (Wilbraham, 1992).
Asam karboksilat ialah segolongan senyawa
organik yang dicirikan oleh gugus karboksil yaitu nama yang berasal dari nama
gugus fungsi karbonil dan hidroksil. Rumus umum asam karboksilat ialah RCOOH.
Asam karboksilat tergolong asam karena senyawa ini mengion dalam larutan,
menghasilkan ion karboksilat dan proton
Banyak asam karboksilat
rantai lurus mula-mula dipisahkan dari lemak sehingga dijuluki juga sebagai
asam lemah. Asam propionat yaitu asam dengan tiga karbon, secara harfiah
berarti asam lemak pertama (Yunani :protos = pertama;
pion = lemak). Asam berkarbon empat atau asam butirat diperoleh dari
lemak mentega (Latin:butyrum=mentega) Asam-asam
aromatik mempunyai sifat-sifat keasaman yang serupa dengan asam-asam alifatik.
Asam benzoat (121°C) merupakan padatan putih yang tetapan disosiasinya hampir
sama dengan asam asetat. Gugus-gugus hidroksil pada asam-asam karboksilat
mempunyai beberapa pengaruh penting terhadap sifat-sifat senyawa-senyawa itu
Kebanyakan asam yang
larut dalam air larut juga larut dalam basa. Asam-asam yang tidak larut dalam
air juga tidak larut dalam basa, karena diubah ke dalam garam-garam ionik.
Asam-asam mempunyai titik-titk didih yang lebih tinggi dari pada yang
diramalkan oleh bobot-bobot molekulnya. Asam asetat, yang mempunyai bobot
molekul 60°C, mendidihkan pada suhu 118°C , suhu ini 202°C lebih
tinggi daripada titik n-propil alkohol (b.p.98°C) yang mempunyai bobot molekul
yang sama. Penyebab dari hal ini ialah bahwa asam-asam biasanya berada sebagai
dimer, dimana gugus hidroksil dari molekul yang satu terikat pada gugus karbonil
dari molekul yang lain dalam bentuk ikatan hidrogen (Usman, 2013).
\
III.
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan
Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi,
pipet tetes, penangas air, gelas piala, pembakar bunsen, dan penjepit tabung.
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah asam asetat anhidrida, benzoil
klorida amida, etil asetat, hidroksilamonium klorida, HCL, etanol, FeCl3,
KOH-etanol, kerts lakmus, indikator universal, dan propilen glikol.
3.2 Cara kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
A.
Test Hidroxamat untuk asam asetat anhidrida dan
klorida asam.
1.
Menambahkan 50mg (2 tetes) senyawa yang diuji ke dalam
1 ml larutan 1M hidroksil amin hidroklorida yang dilarutkan dalam etanol.
2.
Menambahkan 3 tetes larutan 6M HCL kedalam larutan
yang diuji dan panaskan sampai mendidih untuk beberapa detik. Membiarkan
larutan menjadi dingin sampai suhu kamar.
3.
Menambahkan 2 tetes larutan 5% FeCl kedlaam larutan
yang dingin tersebut. Jika terbentuk warna biru kemerah-merahan atau ungu
menunjukkan adanya asam hidroxamat yang berasal darim klorida asam atau asam anhidrida.
B.
Test hidroxamat untuk ester
1.
Menambahkan 50mg (2 tetes) senyawa yang diuji ke dalam
1ml larutan 1M hidroksil amin hidroklorida yang dilarutkan dalam etanol.
2.
Menambahkan tetes demi tetes larutan 15% KOH-etanol
kedalam larutan yang diuji sampai pH
larutan tersebut menjadi basa. Memanaskan campuran sampai mendidih selama 30
detik. Membiarkan larutan menjadi dingin pada suhu kamar.
3.
Menambahkan tetes demi tetes larutan 10% HCl sampai
pH=3, selanjutnya menambahkan 2 tetes larutan 5% FeCl3 kedalam
larutan yang dingin tersebut. Jika terbentuk warna biru kemerah-merahan atau
ungu menunjukkan adanya asam hidroxamik yang berasal dari ester.
C.
Test hidroxamat untuk amida
1.
Didalam tabung reaksi yang besar dimasukkan 50mg
(2tetes) senyawa yang diuji. Menambahkan 3 ml larutan hidroksilamin
hidroklorida dalam propilen glikol.
2.
Menambahkan batu didih dan memanaskan larutan sampai
mendidih selama 3 menit. Mendinginkan larutan sampai suhu kamar dan selanjutnya
ditambah 1ml (20 tetes) pereaksi 5% FeCl3. Jika terbentuk warna biru
kemerah-merahan atau ungu menunjukkan senyawa amida.
IV. PEMBAHASAN
4.1
Asam Karboksilat
Asam karboksilat ialah segolongan senyawa organik yang
dicirikan oleh gugus karboksil yaitu nama yang berasal dari nama gugus fungsi
karbonil dan hidroksil. Rumus umum asam karboksilat ialah RCOOH. Asam
karboksilat tergolong asam karena senyawa ini mengion dalam larutan,
menghasilkan ion karboksilat dan proton Banyak asam karboksilat rantai lurus
mula-mula dipisahkan dari lemak sehingga dijuluki juga sebagai asam lemah. Asam
propionat yaitu asam dengan tiga karbon, secara harfiah berarti asam lemak
pertama (Yunani : protos = pertama; pion = lemak).
Asam berkarbon empat atau asam butirat diperoleh dari lemak mentega
(Latin:butyrum=mentega)
Kebanyakan asam yang larut dalam air larut juga larut dalam basa. Asam-asam
yang tidak larut dalam air juga tidak larut dalam basa, karena diubah ke dalam
garam-garam ionik. Asam-asam mempunyai titik-titk didih yang lebih tinggi
dari pada yang diramalkan oleh bobot-bobot molekulnya. Asam asetat, yang
mempunyai bobot molekul 60°C, mendidihkan pada suhu 118°C , suhu ini
202°C lebih tinggi daripada titik n-propil alkohol (b.p.98°C) yang
mempunyai bobot molekul yang sama. Penyebab dari hal ini ialah bahwa asam-asam
biasanya berada sebagai dimer, dimana gugus hidroksil dari molekul yang satu
terikat pada gugus karbonil dari molekul yang lain dalam bentuk ikatan hidrogen
(Usman dkk, 2013).
4.2
.Derivat
Asa Karboksilat
Derivat asam
karboksilat ialah senyawa yang menghasilkan asam karboksilat apabila
dihidrolisis. Tidak seperti aldehida dan keton, turunan dari asam karboksilat
mengandung gugus yang tinggal, gugus elektronegatif yang dapat hilang sebagai
anion (X- atau RCO2-) atau sebagai anion
terprotonasi (ROH atau R2NH) dan perlu diketahui bahwa semua derivat
mengandung gugus asil, RCO-, kecuali nitril.Dalam derivat asam karboksilat
mengandung gugus pergi yang terikat pada karbon asil, sedangkan aldehida dan
keton tidak. Biasanya
reagensia mengadisi pada gugus karbonil dari keton atau aldehida, tetapi
mensubstitusi pergi tersebut dalam derivat asam.
1.
Klorida
asam
Klorida
asam adalah turunan asam karboksilat yang paling reaktif.
Reaktivitas turunan asam karboksilat ditentukan oleh kebasaan gugus perginya.
Basa yang lemah bersifat lebih elektronegatif, selain itu kecil kemungkinannya
menyumbangkan elektronnya pada karbon karbonil levat efek resonansi. Ion halida
adalah basa sangat lemah karena asam konjugasinya adalah asam kuat. Oleh karena
itu, asam halida lebih reaktif dibandingkan turunan asam karboksilat lainnya.
a.
Tatanama
Klorida Asam
Klorida
asam diberi nama menurut nama asam karboksilat induknya, dengan imbuhan asam-at
diubah menjadi –il klorida.
b.
Pembuatan
Klorida Asam
c.
Klorida
asam dapat diperoleh langsung dari asam karboksilat induk melalui reaksi dengan
tionil klorida (SOCl2) atau zat penghalogen lainnya.
d.
Reaksi
Klorida Asam
Halida asam
merupakan yang paling reaktif diantara semua derivat asam karboksilat. Oleh
karena itu ketika terikat pada karbon positif dari gugus karbonil, ion ini
lebih mudah ditukargantikan dari pada bila terikat pada karbon alkil.
2.
Anhidrida
Pada
umumnya anhidrida menunjukkan peak karbonil rangkap dalam spektrum
inframerahnya. Asam anhidrida mempunyai dua molekul asam karboksilat di mana
sebuah molekul airnya dihilangkan. (Anhidrida berarti ”suatu
senyawa tanpa air”). Misalnya dua molekul asam etanoat dan menghilangkan satu
molekul air maka didapat anhidrida etanoat (nama lama: anhidrida asetat).
a.
Tata Nama Anhidrida
Pemberian nama untuk anhidrida asam cukup mengambil
nama asam induk, dan mengganti kata "asam" dengan
"anhidrida". "Anhidrida" berarti "tanpa air".
Dengan demikian, asam etanoat akan menjadi anhidrida etanoat; asam propanoat
menjadi anhidrida propanoat, dan seterusnya. Untuk anhidrida asam yang tidak
simetri penamaanya dilakukan secara alfabetik.
b.
Pembuatan Anhidrida
Salah satu
pengeculian, anhidrida asam tidak dapat dibentuk langsung dari asam karboksilat
induknya, tapi harus dibuat dari derivat asam karboksilat yang lebih reaktif.
Ada dua cara pembuatan anhidrida, yang pertama menggunakan klorida asam dan
suatu karboksilat. Yang kedua dengan mengolah asam karboksilat dan anhidrida
asam asetat, reaksinya reversibel. Letak
kesetimbangan dapat di geser ke kanan dengan menyuling asam asetat segera
setelah asam ini terbentuk.
c.
Reaksi Anhidrida
Anhidrida asam tidak bereaksi dengan natrium klorida
atau natrium bromida hal ini karena ion halida merupakan basa yang lebih lemah
dari pada ion karboksilat.Karena dengan adanya ion halida sebagai basa yang
lebih lemah, akan mengusir substituen dari intermediate tetrahedral.
3.
Ester
Ester
adalah salah satu senyawa organik yang sangat berguna, dapat diubah menjadi
anekaragam senyawa lain. Ester adalah suatu senyawa organik yang terbentuk
melalui penggantian satu atau lebih atom hidrogen pada gugus hidroksil dengan
suatu gugus organik. Ester banyak dijumpai dalam alam misalnya lemak dan lilin.
Ester atsiri menyebabkan dalam banyak buah dan parfum.
a.
Tata
Nama Ester
Nama suatu ester
terdiri dari dua kata yang pertama nama gugus alkil yang terikat pada oksigen
ester, yang kedua berasal dari nama asam karboksilatnya, dengan menghilangkan
kata asam (inggris: -ic acid menjadi –ate)
b.
Pembuatan Ester
Reaksi esterifikasi Fischer meupakan reaksi substitusi
asil nukleofilik yang dilakukan dibawah kondisi asam. Asam karboksilat tidak
cukup reaktif untuk menyerang dengan alkohol netral tetapi dapat dibuat lebih
reaktif dengan adanya asam kuat seperti HCl atau H2SO4.
Katalis asam akan memprotonasi oksigen karbonil, dan mengaktivasinya terhadap
serangan nukleofil. Alkohol menyerang karbon karbonil yang telah terprotonasi,
dan membentuk zat antara tetrahedral. Perpindahan proton antar molekul akan
mengubah hidroksil menjadi gugus pergi yang baik sebagai H2O.
Deprotonasi dan hilangnya H2O secara simultan memberikan suatu
ester.
c.
Reaksi Ester
Suatu ester bereaksi dengan air membentuk suatu asam
karboksilat dan alkohol. Ini merupakan suatu contoh reaksi hidrolisis – suatu
reaksi dengan air yang mengubah satu senyawa menjadi dua senyawa. Suatu ester
bereaksi dengan alkohol membentuk ester baru dan alkohol baru. Ini merupakan
contoh reaksi alkoholisis.
4.
Amida
Amida adalah senyawa
yang sangat tidak reaktif, karena protein terdiri dari asam amino yang
dihubungkan oleh ikatan amida. Amida tidak bereaksi dengan ion halida, ion
karboksilat, alkohol, atau air karena dalam setiap kasus, nukleofil yang masuk
adalah basa lemah dari gugus pergi amida. Amida dapat bereaksi dengan air dan
alkohol jika campuran reaksi dipanaskan dalam suasana asam.
5.
Nitril
Resapan
CยบN dijumpai dalam daerah ikatan
rangkap tiga dari spektrum inframerah dan dengan intensitas antara medium ke
lemah. Nitril merupakan senyawa organik yang mengandung rangkap 3 antara atom
karbon dan nitrogen. Gugus fungsional dalam nitril adalah gugus siano.
a.
Tata
nama nitril\
Dalam sistem IUPAC,
banyaknya atom karbon menentukan induk alkananya, nama alkana itu diberi akhiran
–nitril. Pemberian nama dengan menggantikan imbuhan asam –at menjadi akhiran
–nitril, atau –onitril.
b.
Reaksi Nitril
Nitril dapat
dihidrolisis dengan memanaskannya dengan asam atau basa berair.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan
diatas maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.
Turunan asam karboksilat meliputi
kelompok-kelompok senyawa: halida asam (RCOX), amida (RCONH2), ester (RCOOR’),
dan anhidrida asam karboksilat (RCOOOCR).
2.
Identifikasi turunan asam karboksilat
dapat dilakukan dengan cara test hidroxamat.
3.
Klorida asam dan asam anhidrid bereaksi
dengan hidroksil amin secara cepat dalam suasana asam sedang ester dalam
kondisi asam tidak dapat bereaksi dengan hidroksil amin.
4.
Amida hanya dapat bereaksi dengan
hidroksi amin apabila direfluks menggunakan pelarut titik didih tinggi.
5.
Jika terdapat fenol dalam senyawa
turunan asam karboksilat yang akan ditest hidroxamat, maka test tersebut tidak
dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden,
Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia
Organik. Bina Aksara. Jakarta.
Usman, Hanapi. 2013. Kimia Organik. Makassar:Unhas.
Riawan, S. 1990. Kimia Organik Edisi 1. Binarupa Aksara. Jakarta.
Wilbraham, Antony C.
1992. Pengantar
Kimia Organik 1. ITB. Bandung.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Arsip Blog
Diberdayakan oleh Blogger.