PENGUJIAN
SENYAWA AMINA DAN NITRIL
(Laporan
Praktikum Kimia Organik II)
Oleh:
Evi Nur Indah Sari
1413023018
LABORATORIUM
PEMBELAJARAN KIMIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2015
Judul percobaan :
Pengujian Senyawa Amina dan Nitril
Nama :
Evi Nur
Indah Sari
Npm :
1413023018
Fakultas :
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan :
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi :
Pendidikan Kimia
Kelompok :
3(tiga)
Bandarlampung,
23 Desember 2015
Mengetahui
Asisten
ndioewidushsawuidhd
NPM:
13130230
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom nitrogen trivalent yang
berkaitan dengan satu atau dua atau tiga atom karbon, dimana amina juga
merupakan suatu senyawa yang mengandung gugusan amino (-NH2, - NHR, atau –
NH2). Senyawa amina tersusun
oleh atom C, H dan N. Gugus fungsi amina dapat diketahui dari sifat basanya,
amina alfalik sederhana larut dalam air dan akan memperlihatkan perubahan warna
lakmus merah, selain itu sifat basa dari amina dapat diketahui melalui yang
sederhana dengan direaksikan dengan asam.
Sedangkan
nitril disebut juga sebagai senyawa siano. Nitril mengandung gugus siano (C=N),
dengan atom karbon terikat-tiga pada atom nitrogen. Senyawa ini mempunyai gugus fungsional tidak jenuh –
CN yang tidak dapat bereaksi dengan Br2 /CCl4 atau dengan
KMnO4. Ikatan rangkap tiga
karbon-nitrogen dari sianida organik (nitril) dapat dihidrolisis menjadi gugus
karboksil.
Reaksi ini berlangsung dalam keadaan asam maupun basa. Bila dalam suasana
asam atom nitrogen dari sianida dikonversi menjadi ion ammonium, sedangkan
dalam suasana basa, nitrogen dikonversi menjadi amonia dan produk organik,
yaitu garam karboksilat, yang perlu dinetralkan dalam langkah terpisah menjadi
asam. Agar lebih memahami mengenai senyawa amina dan nitril maka pada makalah
ini akan dibahas tentang pengujian senyawa amina dan nitril.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikurt:
1.
mampu melakukan identifikasi terhadap senyawaan amina
primer, sekunder dan tersier
2.
Mmpu membedakan senyawa amina dan nitril berdasarkan
reaksi identifikasi bagi keduanya.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Senyawa amina tersusun oleh atom C, H dan N. Amina merupakan turunan organik dari
ammonia dimana satu atau lebih atom hidrogen pada nitrogen telah tergantikan
oleh gugus alkil atau aril. Karena itu amina memiliki sifat mirip dengan
ammonia seperti alkohol dan eter terhadap air. Senyawa
organik ini mengandung atom nitrogen trivalent yang berkaitan dengan satu atau
dua atau tiga atom karbon, dimana amina juga merupakan suatu senyawa yang
mengandung gugusan amino (-NH2, - NHR, atau – NH2). Gugusan amino mengandung
nitrogen terikat, kepada satu sampai tiga atom karbon (tetapi bukan gugusan
karbonil). Apabila salah satu karbon yang terikat pada atom nitrogen adalah
karbonil, senyawanya adalah amida, bukan amina.
Seperti alkohol, amina bisa diklasifikasikan sebagai primer, sekunder dan
tersier. Meski demikian dasar dari pengkategoriannya berbeda dari alkohol.
Alkohol diklasifikasikan dengan jumlah gugus non hidrogen yang terikat pada kaebon
yang mengandung hidroksil, sedangkan amina diklasifikasikan dengan jumlah gugus
nonhidrogen yang terikat langsung pada atom nitrogen (Fessenden, 1982).
Amina Primer adalah amina yang memiliki satu gugus
alkil terikat pada atom nitrogen. Amina primer ada jika salah satu dari tiga
atom Hidrogen dalam Amonia digantikan oleh gugus alkil atau aril. Contohnya:
metilamina dan etanolamin.
Amina Sekunder adalah amina yang
memiliki dua gugus alkil terikat pada atom nitrogen. Amina sekunder ada jika
ada dua dari tiga atom Hidrogen dalam Amonia digantikan oleh gugus alkil atau
aril. Contohnya: dimetilamin dan metiletanolamina. Amina Tersier adalah amina
yang memiliki tiga gugus alkil terikat pada atom nitrogen. Amina tersier ada
jika tiga atom hidrogen dalam Amonia digantikan oleh gugus alkil atau aril.
Contohnya: trimetilamina (Wilbraham, 1992).
Amina sederhana dinamai dengan
menyebutkan gugus alkil yang melekat pada nitrogen dan menambahkan akhiran -amina. Dalam sistem IUPAC, gugus amino,
-NH2, dianggap sebagai substituen, seperti contoh berikut: Diamina diberi nama alkana induknya (dengan angka awalan
yang sesuai), yg diikuti dengan akhiran –diamina.
H2NCH2CH2CH2NH2
1,3-propanadiamina (Lestari, 2004).
Nitril adalah senyawa kimia yang
mengandung gugus siano (C=N), dengan atom karbon terikat-tiga pada atom
nitrogen. Kelompok CN dapat ditemukan dalam banyak senyawa. Beberapa senyawa
diantaranya berupa gas dan lainnya berupa zat padat atau cair. Gugus siano
terdapat juga dalam bentuk garam dan polimer dan juga ada yang bersifat
kovalen, molekuler, dan ionic. Ikatan rangkap tiga karbon-nitrogen dari sianida
organik (nitril) dapat dihidrolisis menjadi gugus karboksil. Reaksi ini
berlangsung dalam keadaan asam maupun basa. Bila dalam suasana asam atom
nitrogen dari sianida dikonversi menjadi ion ammonium (Gambar 1), sedangkan
dalam suasana basa, nitrogen dikonversi menjadi amonia dan produk organik,
yaitu garam karboksilat, yang perlu dinetralkan dalam langkah terpisah menjadi
asam.
R-C=N + 2H2O
+ HCl R-COOH + NH4+
+ Cl-
Gambar 1 Sintesis sianida dalam
suasana asam.
R-C=N + 2H2O + NaOH R-COONa + NH3 (Stoker, 1991).
Dalam sistem tata nama IUPAC, nitril
diberi nama berdasarkan rantai induk alkananya, atom C yang terikat pada atom N
juga termasuk kedalam rantai induk. Nama lkana itu diberi nama akhiran –nitril.
Beberapa nitril diberi nama menurut nama trivial asam karboksilatnya, dengan menggantikan imbuhan asam-at menjadi
akhiran –nitril, atau –onitril, jika induknya tidak mempunyai huruf –o.
Gugus siano
mengandung ikatan rangkap tiga yaitu satu ikatan sigma dan dua ikatan pi.
Meskipun nitrogen mempunyai sepasang elektron menyendiri, suatu nitril hanyalah
basa sangat lemah. Hal ini disebabkan oleh beradanya elektron menyendiri dalam
suatu orbital sp. Lebih banyaknya
karakter s dalam suatu orbital sp berarti bahwa elektron-elektron sp lebih erat diikat sehingga kurang
tersedia untuk mengikat proton (Hart, 1993).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam melakukan pengujian senyawa amina dan
nitril adalah 3 buah tabung reaksi, pipet tetes, penangas air, dan penjepit
tabung.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam melakukan pengujian senyawa amina dan
nitril adalah 1 mL etil amina, 1 mL dietil amina, 1 mL trietilamina, 6 M HCl,
10% NaOH, 2 mL bensensulfonil klorida (benzolsulfonil klorida), dan kertas
lakmus.
3.2 Cara kerja
1.
Ke dalam
tabung reaksi dimasukkan 2 mL methanol, 5 tetes amina, dan 8 tetes
bensensulfonil klorida. Panaskan campuran di atas penangas air selama 5 menit,
kemudian didinginkan.
2.
Tambahkan 10
mL larutan 10% NaOH ke dalam tabung dan dikocok selama 10 menit. Jika masih
terdapat kelebihan bensenasulfonil klorida sebagai cairan di bawah tabung,
panaskan larutan untuk menghidrolisis kelebihan bensenasulfonil klorida
tersebut.
3.
Dinginkan
larutan pada suhu kamar dan amati campuran dalam reaksi tersebut.
(jika
senyawa yang tidak diketahui berupa amina primer dan mempunyai berat molekul
rendah campuran reaksi harus berupa larutan homogeny. Jika senyawa amina yang
ditambahkan berupa amina sekunder, harus diperoleh senyawa endapan turunan
sulfonamida. Jika amina diduga berupa amina tersier yang tidak larut dalam air
maka lapisan amina yang tidak bereaksi berada dalam lapisan atas campuran
tersebut).
4. Tambahkan hati-hati sambal diaduk larutan 6 M HCl tetes demi tetes sampai
campuran bersifat asam. Sulfonamide dari amina primer akan mengendap dalam
suasana asam, sedangkan amina tersier akan larut dalam suasana asam juga.
Endapan sulfonamida dari amida sekunder tidak larut dalam suasana asam.
IV. PEMBAHASAN
Amina adalah turunan organik dari
ammonia dimana satu atau lebih atom hidrogen pada nitrogen telah tergantikan
oleh gugus alkil atau aril. Karena itu amina memiliki sifat mirip dengan
ammonia seperti alkohol dan eter terhadap air.
Seperti
alkohol, amina bisa diklasifikasikan sebagai primer, sekunder dan tersier.
Meski demikian dasar dari pengkategoriannya berbeda dari alkohol. Alkohol
diklasifikasikan dengan jumlah gugus non hidrogen yang terikat pada atom karbon
yang mengandung hidroksil, namun amina diklasifikasikan dengan jumlah gugus
nonhidrogen yang terikat langsung pada atom nitrogen.
Amina dengan jumlah atom
karbon dibawah enam biasanya larut dalam air akibat adanya interaksi ikatan
hidrogen. Meskipun nitrogen tidak seelektronegatif oksigen namun mampu
mempolarisasi ikatan N-H sehingga terbentuk gaya dipol-dipol yang kuat antara
molekulnya. Amina tersier tidak memiliki atom hidrogen karena itu tidak terjadi
ikatan hidrogen antara air dengannya atau dengan amin tersier lainnya.
Konsekuensinya titik didihnya lebih rendah di banding amina primer atau
sekunder. Amine volatile ini menguap secara cepat dan terciup seperti campuran
ammonia dan ikan busuk. Kebanyakan bahan yang membusuk terutama organ yang
mengandung protein tinggi menghasilkan amina. Bagian dari aroma tumbuhan yang
mati, rumah penyimpanan daging, dan bagian pengolahan limbah semuanya adalah
amina
Titik lebur, Titik didih dan
densitas dari beberapa senyawa amina sederhana meningkat bersama dengan
bertambahnya berat seperti alkohol, senyawa amina yang lebih sederhana menunjukkan
pengaruh ikatan hydrogen. Nitrogen kurang elektonegatif dibandingkan dengan
oksigen, ikatan hydrogen pada N – H … N kurang kuat dibanding dengan ikatan O –
H …. O. Oleh karena itu,amina primer memiliki titik didih yang berbeda antara
senyawa alkana dan alkohol berdasarkan berat molekul,
Nama sistematik untuk amina alifatik primer diberikan dengan cara seperti nama sistematik alkohol, monohidroksi akhiran –a dalam nama alkana induknya diganti oleh kata amina
Contoh :
1. CH3-CH-CH3 2-propanamina.
│
NH2
2. CH3-CH2-CH-CH2-CH3 3-pentanamina.
│
NH3
1. CH3-CH-CH3 2-propanamina.
│
NH2
2. CH3-CH2-CH-CH2-CH3 3-pentanamina.
│
NH3
Untuk amina sekunder dan tersier yang asimetrik (gugus yang terikat pada atom N tidak sama), lazimnya diberi nama dengan menganggapnya sebagai amina primer yang tersubtitusi pada atom N. Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa gugus sustituen yang lebih besar dianggap sebagai amina induk, Sedangkan gugus subtituen yang lebih kecil lokasinya ditunjukkan dengan cara menggunakan awalan N (yang berarti terikat pada atom N).
Nama trivial untuk sebagian besar amina adalah dengan menyebutkan gugus-gugus alkil/aril yang terikat pada atom N dengan ketentuan bahwa urutan penulisannya harus memperhatikan urutan abjad huruf terdepan dalam nama gugus alkil/aril kemudian ditambahkan kata amina di belakang nama gugus-gugus tersebut.
Contoh:
CH3
│
CH3—NH2 CH — C — NH2
│
CH3
CH3
│
CH3—NH2 CH — C — NH2
│
CH3
Amin Primer (suatu karbon Terikat kepada N).
CH3
│
CH3─CH2─CH2─C─ CH2─NH2
│
CH3
Amin sekunder (Dua Korbon terikat kepadaN)
CH3─NH─CH3─NH─CH3
CH3
│
CH3─CH2─CH2─C─ CH2─NH2
│
CH3
Amin sekunder (Dua Korbon terikat kepadaN)
CH3─NH─CH3─NH─CH3
Amin Tersier (Tiga karbon Terkait kepada N):
H3C — N — CH3
│
CH2
│
CH3
H3C — N — CH3
│
CH2
│
CH3
Larutan ammonia dalam air adalah basa, mereka dikenal dengan ammonia berair atau anmonia hidroksida. Sebagai tambahan pengikatan terhadap hidrogen, nitrogen pada ammonia juga memiliki pasangan electron tak berikatan yang dapat digunakan untuk ikatan tambahan. Dalam larutan berair, molekul air mendonasi sebuah proton terhadap molekul ammonia yang menghasilkan pembentukan ion ammonium dan ion hidroksida.
Senyawa amina memiliki
kegunaan yang luas dalam kehidupan yaitu dapat berguna sebagai pencegah
korosif, bakterisida, fungisida, bahan pemflotasi dan pengemulsi. Empat amin
yang relative sederhana sangat penting dalam fungdi tubuh manusia. Mereka
adalah sekresi kelenjar adrenal epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (non
adrenalin), dopamine dan serotonin. Senyawa-senyawa tersebut berfungsi sebagai
neurotransmitter ( pembawa pesan kimiawi) antara sel-sel saraf. Epinefrin juga
berfungsi sebagai hormone yang menstimulasi pemecahan glikogen menjadi glukosa
dalam otot ketika kadar cadangan glukosa menurun. Defisiensi dari dopamine
mengakibatkan penyakit Parkinson. Sel otak penderita Parkinson hanya mengandung
5 hingga 15 persen dari konsentrasi normal dopamine. Pemberian dopamine tidak
menghentikan gejala penyakit ini karena dopamine dalam darah tidak bisa
melewati dinding darah dan otak. Sedangkan kekurangan serotonin dapat
mengakibatkan depresi mental.
Nitril adalah senyawa kimia yang mengandung gugus siano (C=N), dengan atom
karbon terikat-tiga pada atom nitrogen. Kelompok CN dapat ditemukan dalam
banyak senyawa. Beberapa senyawa diantaranya berupa gas dan lainnya berupa zat
padat atau cair. Gugus siano terdapat juga dalam bentuk garam dan polimer dan
juga ada yang bersifat kovalen, molekuler, dan ionic. Ikatan rangkap tiga
karbon-nitrogen dari sianida organik (nitril) dapat dihidrolisis menjadi gugus
karboksil. Reaksi ini berlangsung dalam keadaan asam maupun basa. Bila dalam
suasana asam atom nitrogen dari sianida dikonversi menjadi ion ammonium,
sedangkan dalam suasana basa, nitrogen dikonversi menjadi amonia dan
produk organik, yaitu garam karboksilat, yang perlu dinetralkan dalam langkah
terpisah menjadi asam.
Dalam sistem tata nama IUPAC, nitril diberi nama berdasarkan rantai induk
alkananya, atom c yang terikat pada atom N juga termasuk kedalam rantai induk.
Nama lkana itu diberi nama akhiran –nitril. Beberapa nitril diberi nama
menurut nama trivial asam karboksilatnya dengan menggantikan imbuhan asam-oat
menjadi akhiran –nitril, atau –onitril, jika huruf akhirnya tidak
nerupa –o. Contoh:
Etananitril (IUPAC)
Asetonitril (trivial)
Benzanakarbonitril (IUPAC)
Benzonitril (trivial)
Senyawa organik yang mengandung gugus nitril beberapa dikenal sebagai
cyanocarbons. Senyawa anorganik yang berisi-C ≡ N kelompok tidak disebut
nitril, tapi sianida sebagai gantinya. Meskipun kedua nitril dan sianida dapat
diturunkan dari garam sianida, nitril paling tidak hampir sama beracun.
Senyawa nitril biasanya berupa cairan tidak berwarna dengan bau yang
menyenangkan. Salah satu manfaat dari amina yaitu dapat digunakan sebagai
pereda nyeri yang kita kenal dengan nama morfina,yang dijumpai pada biji opium
dan putresina yaitu salah satu dari beberapa poliaminan yang menyebabkan bau
tidak enak dari daging busuk. Meskipun senyawa nitil dikenal sebagai senyawa
sangat toksik, namun diproduksi dalam jumlah besar.
Salah satu manfaat dari amina yaitu dapat digunakan sebagai
pereda nyeri yang kita kenal dengan nama morfina, yang dijumpai
pada biji opium dan putresina yaitu salah satu dari beberapa poliaminan yang
menyebabkan bau tidak enak dari daging busuk. Diamina yang paling banyak dibuat
oleh manusia yaitu 1,6-diaminoheksana, digunakan dalam sintesis nilon.
V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang didapat dari hasil pembahasan adalah sebagai berikut:
1. Amina mengandung gugusan amino (-NH2, - NHR, atau – NH2).
2. Amina bersifat sebagai basa lemah dan larutan amina dalam air bersifat
basa.
3. Amina diklasifikasikan dengan jumlah gugus nonhidrogen yang terikat
langsung pada atom nitrogen.
4. Amina dengan jumlah atom karbon dibawah enam biasanya larut dalam air
akibat adanya interaksi ikatan hidrogen.
5. Amina tersier tidak memiliki atom hidrogen karena itu tidak terjadi ikatan
hidrogen antara air dengannya atau dengan amin tersier lainnya.
6. Nitril mengandung gugus siano (C=N), dengan atom karbon terikat-tiga pada
atom nitrogen.
DAFTAR
PUSTAKA
Fessenden, Ralph J dan Joan S.Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Hart, H. 1993.
Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Lestari, S. 2004. Mengurai Susunan Periodik Unsur Kimia. Jakarta : Kawan
Pustaka
Stoker. 1991. Kimia Organik. Jakarta :
Erlangga.
Wilbraham. 1992. Pengantar
Kimia Organik 1. Bandung : ITB.
0 komentar:
Posting Komentar