Laporan Praktikum Biokimia Enzim



ENZIM
( Laporan Praktikum Biokimia )







Oleh

Evi Nur Indah Sari
1413023018






https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvkX1aWw1Md6tyH0ASKPrbwvYODWmFe2JMDWi8VB26oxjWb_y0v39ZZX8ZMmFFjIl6_DxKg0dorpt3u7GQeCcHAFFtG9TdCG4KleLXkXcdSWdxy8ciatT6omVi4R2tuJzPNGMh_aauJ0s/s200/Logo-Unila.jpg






LABORATORIUM PEMBELAJARAN  KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016







LEMBAR PENGESAHAN



Judul Percobaan          : Enzim
Tanggal Percobaan        : 2 Juni 2016
Tempat Percobaan        : Laboratorium Pembelajaran Kimia
Nama                            : Evi Nur Indah Sari
NPM                           : 1413023018
Fakultas                       : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan                        : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi             : Pendidikan Kimia
Kelompok                   : 3 ( tiga )



                                                                                    Bandarlampung, 21 Mei 2015
                                                                                    Mengetahui,
                                                                                    Asisten


                                                                                            
 NPM :









I. PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagi katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Kelangsungan proses proses metabolisme yang diorganisasi hanya mungkin terjadi bila setiap sel mempunyai sendiri perlengkapan enzim yang ditetapkan secara genetik. Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan/ nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh energi kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain. Baru setelah itu reaksi lanjutan yang terkoordinasi. Juga pada sebagian besar mekanisme regulasi, enzim ikut berpartisipasi.

Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel.Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan/ nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh energi Kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain. Pada Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa.Ada tiga macam enzim amilase, yaitu α amilase, β amilase dan γ amilase. Yang terdapat dalam saliva (ludah) dan pankreas adalah α amilase. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut endo amilase sebab enzim ini bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum
Reaksi kimia di dalam sel dilakukan oleh enzim yang termasuk ke dalam golongan katalis. Enzim tak hanya ditemukan dalam sel-sel manusia dan hewan, namun sel-sel tumbuhan juga memiliki enzim sebagai salah satu komponen metabolismenya. Enzim katalase merupakan salah satu enzim yang terdapat pada tumbuhan. Enzim diproduksi oleh peroksisom dan aktif dalam melakukan reaksi oksidatif bahan-bahan yang dianggap toksik oleh tanaman, seperti hidrogen peroksida (H2O2). Enzim katalase termasuk ke dalam golongan desmolase, yaitu enzim yang dapat memecahkan ikatan C-C atau C-N pada substrat yang diikatnya.

Oleh karena itulah dilakukan percobaan dengan tujuan untuk mengetahui sifat Proteolitik enzim pepsin dan tripsin serta mengetahui aktivitas dehidrogenase dalam air susu.


1.2  Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui sifat  proteolitik  enzim pepsin
2.      Mengetahui sifat proteolitik enzim tripsin
3.      Mengetahui aktivitas dehidrogenase di dalam air susu















II TINJAUAN PUSTAKA


Enzim adalah suatu katalis biologis yang dapat mempercepat terjadinya keseimbangan suatu reaksi kimia. Bisa pula dikatakan enzim sebagai protein dengan sifat katalitik, dimana sifat katalitiknya jauh lebih besar daripada katalis sintetis yang dibuat secara kimia oleh manusia. Enzim juga memiliki spesifitas tinggi terhadap substrat, atau dengan kata lain hanya mau mengkatalis reaksi tertentu dengan substrat tertentu saja. Kelebihan enzim sebagai pengkatalis adalah dapat mempercepat reaksi kimia spesifik tanpa pembentukan produk samping. Umumnya enzim punya berat molekul jauh lebih besar daripada substrat yang dikatalisnya ( Winarno, 1995 ).

Enzim, seperti protein lain, mempunyai berat molekul yang berkisar dari kira-kira 12.000 sampai lebih dari 1 juta. Oleh karena itu, enzim berukuran amat besar dibandingkan dengan substrat atau gugus fungsional targetnya. Beberapa enzim hanya terdiri dari polipeptida dan tidak mengandung gugus kimiawi selain residu asam amino. Akan tetapi enzim lain memerlukan tambahan komponen kimia bagi aktivitasnya komponen ini disebut kofaktor. Kofaktor mungkin suatu molekul anorganik seperti ion Fe2+, Mn2+ atau Zn2+ atau mungkin juga suatu molekul anorganik kompleks yang disebut koenzim. Beberapa enzim membutuhkan baik koenzim maupun satu atau lebih ion logam bagi aktivitasnya. Pada beberapa enzim, koenzim atau ion logam hanya terikat secara lemah atau dalam waktu sementara pada protein, tetapi pada enzim lain senyawa ini terikat kuat, atau terikat secara permanen yang dalam hal ini disebut gugus prostetik. Enzim yang strukturnya sempurna dan aktif mengkatalisis, bersama-sama dengan koenzim atau gugus logamnya disebut holoenzim. Koenzim dan ion logam bersifat stabil sewaktu pemanasan, sedangkan bagian protein enzim akan terdenaturasi oleh pemanasan.

Pada daerah suhu yang lebih tinggi gerak termodinamik akan lebih meningkat, sehingga tumbukan antara molekul akan lebih sering. Akan tetapi laju reaksi tidak terus meningkat, melainkan malah menurun dengan cara yang lebih kurang sebanding dengan selisih nilai dan suhu optimum. Dalam peningkatan suhu ini, selain gerak termodinamik meningkat, molekul protein enzim juga mengalami denaturasi, sehingga bangun tiga dimensinya berubah secara bertahap. Jika suhu jauh lebih tinggi dari suhu optimum, maka makin besar deformasi struktur tiga dimensi tersebut dan makin sukar bagi substrat untuk menempati secara tepat di bagian aktif molekul enzim. Akibatnya, kompleks E-S akan sukar terbentuk, sehingga produk juga makin sedikit (Lehninger, 1982).

Untuk aktivitasnya kadang-kadang enzim membutuhkan kofaktor yang bisa berupa senyawa organik atau logam. Senyawa organik itu terikat pada bagian protein enzim. Bila ikatan itu lemah maka kofaktor tadi disebut co-enzim dan dan jika terikat erat melalui ikatan kovalen maka dinamakan gugus prostetis. Pada umumnya dua kofaktor itu tidak dibedakan dan disebut co-enzim saja. Apabila enzim itu terdiri dari bagian seperti yang diterangkan diatas maka keseluruhan enzim itu dinamakan holo enzim. Bagian protein dinamakan apo-enzim dan bagian non proteinnya disebut co-enzim.fungsi logam pada umumnya adalah untuk memantapkan ikatan substrat pada enzim atau mentransfer electron yang timbul selama proses katalisis (Poedjiadi, 1994).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi Enzim Perubahan suhu dan pH mempunyai pengaruh besar terhadap kerja enzim. Kecepatan reaksi enzim juga dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat. Pengaruh aktivator, inhibitor, koenzim dan konsentrasi elektrolit dalam beberapa keadaan juga merupakan faktor-faktor yang penting (Soewoto,2000) .

Enzim memiliki tenaga katalitik yang luar biasa dan biasanya lebih besar dari katalisator sintetik. Spesifitas enzim sangat tinggi terhadap substratnya. Tanpa pembentukan produk samping enzim merupakan unit fungsional untuk metabolisme dalam sel, bekerja menurut urutan yang teratur. Sistem enzim terkoordinasi dengan baik menghasilkan suatu hubungan yang harmonis diantara sejumlah aktivitas metabolic yang berbeda. Enzim dikatakan sebagai suatu kelompok protein yang berperan sangat penting dalam aktivitas biologis. Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan hasil akhir reaksinya. Enzim ini akan kehilangan aktivitasnya akibat :
·          Panas
·          Asam atau basa kuat
·          Pelarut organik
·          Pengaruh lain yang bisa menyebabkan denaturasi protein
 (Campbell, 2000)









III METODOLOGI PERCOBAAN


3.1  Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, penagas air,termometer, pengukur waktu, rak tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur dan labu ukur.

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan pepsin, HCL 0,4%, fibrin atau albumin kering, larutan tripsin, larutan buffer fosfat pH 7,6 ( 8ml Na2HPO4 dan 13,2ml KH2 PO4) , air susu segar, metilen biru,  griseraldehid, aquades dan parafin cair.

3.2  Diagram Alir
Adapun langkah kerja uji yang akan dilakukan seperti diagram alir berikut:
3.2.1        Sifat proteolitik enzim pepsin
4 buah tabung reaksi
 
 


 
Masing-masing dimasukkan sedikit serabut fibrin atau albumin
Ditambahkan 2 ml pepsin dan 2 ml HCl 0,4 %  pada tabung 1
Ditambahkan 2 ml pepsin dan 3 ml akuades pada tabung 2
Ditambahkan 2 ml akuades dan 2 ml HCl 0,4 % pada tabung 3
Ditambahkan 2ml pepsin yang dididihkan dan 2 ml HCl 0,4 % pada tabung 4
Dikocok  
Dipanaskan sampai suhu  380 C selama 30 menit


Hasil Pengamatan
 
 


3.2.2       
3 Buah Tabung Rekasi
 
Sifat proteolitik enzim tripsin                                                   

 
Masing-masing dimasukkan sedikit serabut fibrin atau albumin
Ditambahkan 2 ml tripsin +2 ml buffer pH 7,6 pada tabung 1
Ditambahkan 2 ml tripsin + 2 ml akuades pada tabung 2
Ditambahkan 2 ml tripsin dipanaskan + 2 ml buffer pH 7,6 pada tabung 3
Dikocok
Dipanaskan sampai suhu  380 C selama 30 menit


Hasil Pengamatan Rekasi
 
 



3.2.3        Aktifitas enzim dehidrogenase didalam air susu


 

                            ditambahkan 5 ml air susu
                            dididihkan susu pada tabung 3
                            didinginkan
ditambahkan 3 tetes metal biru 0,02% (indicator) pada masing,   masing tabung
ditambahkan 1 ml larutan 0,4% formaldehid pada tabung 2 dan tabung 3
dicampukan dengan memutar pelan-pelan pada setiap tabung
ditambahkan 2 ml parafin cair pada setiap tabung
dipanaskan sampai suhu 380 C selama 10 menit
Hasil Pengamatan Rekasi
 
    







IV HASIL DAN PEMBAHASAN


1.1   Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan sebagai berikut:
a.       Sifat proteolitik enzim pepsin
Tabung
Bahan yang terkandung
( campuran terdiri atas )
Perubahan yang terjadi
Awal
Akhir
1
2 ml pepsin + 2 ml  HCL 0,4%
Bening
Keruh
2
2 ml pepsin + 3 ml  aquades
Bening
Keruh
3
2 ml aquades + 2 ml  HCL 0,4%
Bening
Jernih
4
2 ml pepsin yang didihkan + 2 ml  HCL 0,4%
Bening
Keruh

b.       Sifat proteolitik enzim tripsin
Tabung
Bahan yang terkandung
( campuran terdiri atas )
Perubahan yang terjadi
1
2 ml tripsin + 2 ml  buffer  pH 7,6
Ungu Muda
2
2 ml tripsin + 2 ml  akuades
Ungu Muda
3
2 ml tripsin yang dididihkan + 2 ml  buffer  pH 7,6
Ungu Tua

c.       Aktifitas enzim dehidrogenase dalam air susu
Tabung
Bahan yang terkandung
( campuran terdiri atas )
Warna Asal
Hasil
1
5 ml susu + 1 ml metilen biru
Biru Muda
Biru Muda Pekat
2
5 ml susu + 1 ml metilen biru + 1 ml formaldehid
Biru Muda
Biru Muda Pudar
3
5 ml susu + 1 ml metilen biru + 1 ml formaldehid
Biru Muda
Biru Muda Pudar


1.2   Pembahasan
Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel. Enzim adalah suatu katalis biologis yang dapat mempercepat terjadinya keseimbangan suatu reaksi kimia. Bisa pula dikatakan enzim sebagai protein dengan sifat katalitik, dimana sifat katalitiknya jauh lebih besar daripada katalis sintetis yang dibuat secara kimia oleh manusia. Enzim juga memiliki spesifitas tinggi terhadap substrat, atau dengan kata lain hanya mau mengkatalis reaksi tertentu dengan substrat tertentu saja. Kelebihan enzim sebagai pengkatalis adalah dapat mempercepat reaksi kimia spesifik tanpa pembentukan produk samping. Umumnya enzim punya berat molekul jauh lebih besar daripada substrat yang dikatalisnya
Adapun ciri – ciri enzim adalah sebagai berikut:
1.      Biokatalisator, yaitu enzim hanya dihasilkan oleh sel-sel mahkluk hidup yang digunakan untuk mempercepat proses reaksi.
2.      Protein, yaitu sifat-sifat enzim sama dengan protein yaitu dapat rusak pada suhu yang tinggi dan dipengaruhi pH.
3.      Bekerja secara khusus, yaitu enzim tertentu hanya dapat mempengaruhi reaksi tertentu, tidak dapat mempengaruhi raeksi lainnya. Zat yang terpengaruhi oleh enzim tersebut substrat.Substrat adalah zat yang bereaksi. Oleh karena macam zat yang bereaksi di dalam sel sangat banyak, maka macam enzim pun banyak.
4.      Dapat digunakan berulang kali, yaitu dapat digunakan berulang kali karena enzim tidak berubah pada saat terjadi reaksi. Satu molekul enzim dapat bekerja berkali-kali selama enzim itu tidak rusak.
5.      Rusak oleh panas, yaitu enzim rusak oleh panas karena merupakan suatu protein . Rusaknya enzim oleh panas disebut denaturasi jika telah rusak enzim tidak dapat bekerja lagi.
6.      Tidak ikut bereaksi, yaitu enzim hanya diperlukan untuk mempercepat reaksi namun tidak ikut bereaksi.
7.      Bekerja dapat balik, yaitu suatu enzim dapat bekerja menguraikan suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa lain dan sebaliknya dapat pula bekerja menyusun senyawa-senyawa itu menjadi senyawa semula.

Adapun cara kerja enzim ada dua yaitu teori gembok- anak kunci dan teori induced fit. Pada teori gembok-anak kunci, sisi aktif enzim mempunyai bentuk tertentu yang hanya sesuai untuk satu jenis substrat saja. Bentuk substrat sesuai dengan sisi aktif, seperti gembok cocok dengan anak kuncinya. Hal itu menyebabkan enzim bekerja secara spesifik. Substrat yang mempunyai bentuk ruang yang sesuai dengan sisi aktif enzim akan berikatan dan membentuk kompleks transisi enzim-substrat. Senyawa transisi ini tidak stabil sehingga pembentukan produk berlangsung dengan sendirinya. Jika enzim mengalami denaturasi (rusak) karena panas, bentuk sisi aktif berubah sehingga substrat tidak sesuai lagi. Perubahan pH juga mempunyai pengaruh yang sama.

Sedangkan pada teori induced fit, reaksi antara substrat denan enzim berlangsung karena adanya induksi molekul substrat terhadap molekul enzim. Menurut teori ini, sisi aktif enzim bersifat fleksibel dalam menyesuaikan struktur sesuai dengan struktur substrat. Ketika substrat akan terinduksi dan kemudian mengubah bentuknya sedikit sehingga mengakibatkan perubahan sisi aktif yang semula tidak cocok menjadi cocok (fit). Kemidian terjadi pengikatan substrat oleh enzim, yang selanjutnya substrat diubah menjadi produk. Produk kemudian dilepaskan dan enzim kembali pada keadaan semula, siap untuk mengikat substrat baru.

Dalam praktikum kali ini melakukan tiga percobaan, yaitu percobaan sifat proteolitik enzim pepsin, sifat proteolitik enzim tripsin dan aktivitas enzim dehidrogenase di dalam air susu. Pada percobaan pertama mengenai sifat proteolitik enzim pepsin, adapun langkah kerjanya yaitu tabung no 1, 2, 3 dan 4 yaitu dengan bahan campuran secara berturut-turut 2 ml pepsin dan 2 ml HCL 0,4 %, 2 ml pepsin dan 3 ml akuades, 2 ml aquades dan 2 ml  HCL 0,4% , serta 2 ml pepsin yang didihkan dan 2 ml HCL 0,4 % kemudian dikocok secara merata dan terlihat warna bening pada keempat tabung, kemudian setelah dipanaskan selama 30 menit pada suhu 380 C terjadi perubahan warna. Pada tabung 1,2 dan 4 terjadi perubahan warna dari bening menjadi keruh. Kekeruhan ini bertanda bahwa albumin tidak diuraikan oleh protein. Sedangkan pada tabung no 3 terlihat sangat jernih dibandingkan dengan yang lainnnya, kerana albumin telah diuraikan oleh protein. Dan pepsin menguraikan albumin dalam keadaan asam. Hal ini juga dipengaruhi oleh kerja pada suhu yang optimal yaitu 380 C.

Enzim Pepsin adalah enzim yang terdapat dalam perut yang akan mulai mencerna protein dengan memecah protein menjadi bagian–bagian yang lebih kecil. Enzim ini termasuk protease, pepsin disekresi dalam bentuk inaktif: pepsinogen, yang akan diaktifkan oeh asam lambung. Enzim ini diproduksi oleh bagian mukosa dalam perut yang berfungsi untuk mendegradasi protein. Enzim ini memiliki pH optimum 2-4 dan akan inaktif pada pH diatas 6. Pepsin adalah salah satu dari 3 enzim yang berfungsi untuk mendegradasi protein yang lain adalah kemotripsin dan tripsin.

Pada percobaan kedua mengenai sifat proteolitik enzim tripsin, adapun langkah kerja percobaan ini yaitu mula-mula memasukkan sedikit serabut fibrin atau albumin ke dalam tabung 1, 2 dan 3 mengocok tabung lalu. enzim ini didihkan pada suhu 380C selama 30 menit. Adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada pengamatan ini yaitu pada tabung no.3, menghasilkan warna yang berbeda yaitu ungu tua, sehingga dapat disimpulkan bahwa suhu yang optimal bagi enzim tripsin sangat mempengaruhi dalam kerja enzim tersebut. Sedangkan pada tabung no.1 dan 2 ini berbeda hasilnya yaitu ungu muda. Hal ini karena suhunya belum optimal, sehingga hasil dari kerja enzim tersebut belum maksimal.

Pada percobaan aktivitas enzim dehidrogenase di dalam air susu, adapun langkah kerjanya yaitu menambahkan 5 ml air susu ke dalam masing-masing 3 tabung reaksi. Lalu mendidihkan susu pada tabung 3 dan didinginkan. Kemudian menambahkan 3 tetes metal biru 0,02% (indikator) pada masing-masing tabung dan mencampukan dengan memutar pelan-pelan pada setiap tabung. Lalu menambahkan 2 ml parafin cair pada setiap tabung dan memanaskan sampai suhu 380 C selama 10 menit. Adapun hasil pengamatan yang didapatkan adalah dalam percobaan ini enzim bekerja mengoksidasi substrat dengan melepaskan hydrogen dari substrat. Yaitu Hidrogen bereaksi dengan dengan methylin blue. Dan telah terbukti bahwa dalam susu terdapat banyak enzim dehidrogenase. Karena terlihat pada tabung no.1 menghasilkan perubahan warna biru muda yang sangat pekat dibandingkan dengan yang lainnya.






















V KESIMPULAN



Adapun kesimpulan dari hasil percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Enzim pepsin memiliki pH optimum 2-4 dan akan inaktif pada pH diatas 6.
2.      Enzim pepsin memiliki pH optimum 7,6-8,5
3.      Enzim pepsin bekerja pada suhu optimal 380C yang ditandai dengan warna jernih.
4.      Enzim tripsin bekerja pada suhu optimal 380C yang ditandai dengan perubahan warna ungu tua.
5.      Enzim dehidrogenase bekerja mengoksidasi substrat dengan melepaskan hydrogen dari substrat yang ditandai dengan perubahan warna biru muda pekat.














DAFTAR PUSTAKA



Campbell, N. A. 2000. Biologi Edisi Kelima.. Jakarta: Erlangga.
Lehninger AL. 1982. Dasar – Dasar Biokimia Jilid I. Maggy Thenawijaya, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Poedjiadi, Anna dan Supriyatin. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Soewoto, Hafiz, dkk. 2000. Biokimia Eksperimen Laboratorium.Jakarta: Widya Medika.
Winarno, F. G.1995. Enzim Pangan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.



ENZIM
( Laporan Praktikum Biokimia )







Oleh

Evi Nur Indah Sari
1413023018






https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvkX1aWw1Md6tyH0ASKPrbwvYODWmFe2JMDWi8VB26oxjWb_y0v39ZZX8ZMmFFjIl6_DxKg0dorpt3u7GQeCcHAFFtG9TdCG4KleLXkXcdSWdxy8ciatT6omVi4R2tuJzPNGMh_aauJ0s/s200/Logo-Unila.jpg






LABORATORIUM PEMBELAJARAN  KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016







LEMBAR PENGESAHAN



Judul Percobaan          : Enzim
Tanggal Percobaan        : 2 Juni 2016
Tempat Percobaan        : Laboratorium Pembelajaran Kimia
Nama                            : Evi Nur Indah Sari
NPM                           : 1413023018
Fakultas                       : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan                        : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi             : Pendidikan Kimia
Kelompok                   : 3 ( tiga )



                                                                                    Bandarlampung, 21 Mei 2015
                                                                                    Mengetahui,
                                                                                    Asisten


                                                                                            
 NPM :









I. PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagi katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Kelangsungan proses proses metabolisme yang diorganisasi hanya mungkin terjadi bila setiap sel mempunyai sendiri perlengkapan enzim yang ditetapkan secara genetik. Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan/ nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh energi kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain. Baru setelah itu reaksi lanjutan yang terkoordinasi. Juga pada sebagian besar mekanisme regulasi, enzim ikut berpartisipasi.

Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel.Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan/ nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh energi Kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain. Pada Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa.Ada tiga macam enzim amilase, yaitu α amilase, β amilase dan γ amilase. Yang terdapat dalam saliva (ludah) dan pankreas adalah α amilase. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut endo amilase sebab enzim ini bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum
Reaksi kimia di dalam sel dilakukan oleh enzim yang termasuk ke dalam golongan katalis. Enzim tak hanya ditemukan dalam sel-sel manusia dan hewan, namun sel-sel tumbuhan juga memiliki enzim sebagai salah satu komponen metabolismenya. Enzim katalase merupakan salah satu enzim yang terdapat pada tumbuhan. Enzim diproduksi oleh peroksisom dan aktif dalam melakukan reaksi oksidatif bahan-bahan yang dianggap toksik oleh tanaman, seperti hidrogen peroksida (H2O2). Enzim katalase termasuk ke dalam golongan desmolase, yaitu enzim yang dapat memecahkan ikatan C-C atau C-N pada substrat yang diikatnya.

Oleh karena itulah dilakukan percobaan dengan tujuan untuk mengetahui sifat Proteolitik enzim pepsin dan tripsin serta mengetahui aktivitas dehidrogenase dalam air susu.


1.2  Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui sifat  proteolitik  enzim pepsin
2.      Mengetahui sifat proteolitik enzim tripsin
3.      Mengetahui aktivitas dehidrogenase di dalam air susu















II TINJAUAN PUSTAKA


Enzim adalah suatu katalis biologis yang dapat mempercepat terjadinya keseimbangan suatu reaksi kimia. Bisa pula dikatakan enzim sebagai protein dengan sifat katalitik, dimana sifat katalitiknya jauh lebih besar daripada katalis sintetis yang dibuat secara kimia oleh manusia. Enzim juga memiliki spesifitas tinggi terhadap substrat, atau dengan kata lain hanya mau mengkatalis reaksi tertentu dengan substrat tertentu saja. Kelebihan enzim sebagai pengkatalis adalah dapat mempercepat reaksi kimia spesifik tanpa pembentukan produk samping. Umumnya enzim punya berat molekul jauh lebih besar daripada substrat yang dikatalisnya ( Winarno, 1995 ).

Enzim, seperti protein lain, mempunyai berat molekul yang berkisar dari kira-kira 12.000 sampai lebih dari 1 juta. Oleh karena itu, enzim berukuran amat besar dibandingkan dengan substrat atau gugus fungsional targetnya. Beberapa enzim hanya terdiri dari polipeptida dan tidak mengandung gugus kimiawi selain residu asam amino. Akan tetapi enzim lain memerlukan tambahan komponen kimia bagi aktivitasnya komponen ini disebut kofaktor. Kofaktor mungkin suatu molekul anorganik seperti ion Fe2+, Mn2+ atau Zn2+ atau mungkin juga suatu molekul anorganik kompleks yang disebut koenzim. Beberapa enzim membutuhkan baik koenzim maupun satu atau lebih ion logam bagi aktivitasnya. Pada beberapa enzim, koenzim atau ion logam hanya terikat secara lemah atau dalam waktu sementara pada protein, tetapi pada enzim lain senyawa ini terikat kuat, atau terikat secara permanen yang dalam hal ini disebut gugus prostetik. Enzim yang strukturnya sempurna dan aktif mengkatalisis, bersama-sama dengan koenzim atau gugus logamnya disebut holoenzim. Koenzim dan ion logam bersifat stabil sewaktu pemanasan, sedangkan bagian protein enzim akan terdenaturasi oleh pemanasan.

Pada daerah suhu yang lebih tinggi gerak termodinamik akan lebih meningkat, sehingga tumbukan antara molekul akan lebih sering. Akan tetapi laju reaksi tidak terus meningkat, melainkan malah menurun dengan cara yang lebih kurang sebanding dengan selisih nilai dan suhu optimum. Dalam peningkatan suhu ini, selain gerak termodinamik meningkat, molekul protein enzim juga mengalami denaturasi, sehingga bangun tiga dimensinya berubah secara bertahap. Jika suhu jauh lebih tinggi dari suhu optimum, maka makin besar deformasi struktur tiga dimensi tersebut dan makin sukar bagi substrat untuk menempati secara tepat di bagian aktif molekul enzim. Akibatnya, kompleks E-S akan sukar terbentuk, sehingga produk juga makin sedikit (Lehninger, 1982).

Untuk aktivitasnya kadang-kadang enzim membutuhkan kofaktor yang bisa berupa senyawa organik atau logam. Senyawa organik itu terikat pada bagian protein enzim. Bila ikatan itu lemah maka kofaktor tadi disebut co-enzim dan dan jika terikat erat melalui ikatan kovalen maka dinamakan gugus prostetis. Pada umumnya dua kofaktor itu tidak dibedakan dan disebut co-enzim saja. Apabila enzim itu terdiri dari bagian seperti yang diterangkan diatas maka keseluruhan enzim itu dinamakan holo enzim. Bagian protein dinamakan apo-enzim dan bagian non proteinnya disebut co-enzim.fungsi logam pada umumnya adalah untuk memantapkan ikatan substrat pada enzim atau mentransfer electron yang timbul selama proses katalisis (Poedjiadi, 1994).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi Enzim Perubahan suhu dan pH mempunyai pengaruh besar terhadap kerja enzim. Kecepatan reaksi enzim juga dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat. Pengaruh aktivator, inhibitor, koenzim dan konsentrasi elektrolit dalam beberapa keadaan juga merupakan faktor-faktor yang penting (Soewoto,2000) .

Enzim memiliki tenaga katalitik yang luar biasa dan biasanya lebih besar dari katalisator sintetik. Spesifitas enzim sangat tinggi terhadap substratnya. Tanpa pembentukan produk samping enzim merupakan unit fungsional untuk metabolisme dalam sel, bekerja menurut urutan yang teratur. Sistem enzim terkoordinasi dengan baik menghasilkan suatu hubungan yang harmonis diantara sejumlah aktivitas metabolic yang berbeda. Enzim dikatakan sebagai suatu kelompok protein yang berperan sangat penting dalam aktivitas biologis. Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan hasil akhir reaksinya. Enzim ini akan kehilangan aktivitasnya akibat :
·          Panas
·          Asam atau basa kuat
·          Pelarut organik
·          Pengaruh lain yang bisa menyebabkan denaturasi protein
 (Campbell, 2000)









III METODOLOGI PERCOBAAN


3.1  Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, penagas air,termometer, pengukur waktu, rak tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur dan labu ukur.

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan pepsin, HCL 0,4%, fibrin atau albumin kering, larutan tripsin, larutan buffer fosfat pH 7,6 ( 8ml Na2HPO4 dan 13,2ml KH2 PO4) , air susu segar, metilen biru,  griseraldehid, aquades dan parafin cair.

3.2  Diagram Alir
Adapun langkah kerja uji yang akan dilakukan seperti diagram alir berikut:
3.2.1        Sifat proteolitik enzim pepsin
4 buah tabung reaksi
 
 


 
Masing-masing dimasukkan sedikit serabut fibrin atau albumin
Ditambahkan 2 ml pepsin dan 2 ml HCl 0,4 %  pada tabung 1
Ditambahkan 2 ml pepsin dan 3 ml akuades pada tabung 2
Ditambahkan 2 ml akuades dan 2 ml HCl 0,4 % pada tabung 3
Ditambahkan 2ml pepsin yang dididihkan dan 2 ml HCl 0,4 % pada tabung 4
Dikocok  
Dipanaskan sampai suhu  380 C selama 30 menit


Hasil Pengamatan
 
 


3.2.2       
3 Buah Tabung Rekasi
 
Sifat proteolitik enzim tripsin                                                   

 
Masing-masing dimasukkan sedikit serabut fibrin atau albumin
Ditambahkan 2 ml tripsin +2 ml buffer pH 7,6 pada tabung 1
Ditambahkan 2 ml tripsin + 2 ml akuades pada tabung 2
Ditambahkan 2 ml tripsin dipanaskan + 2 ml buffer pH 7,6 pada tabung 3
Dikocok
Dipanaskan sampai suhu  380 C selama 30 menit


Hasil Pengamatan Rekasi
 
 



3.2.3        Aktifitas enzim dehidrogenase didalam air susu


 

                            ditambahkan 5 ml air susu
                            dididihkan susu pada tabung 3
                            didinginkan
ditambahkan 3 tetes metal biru 0,02% (indicator) pada masing,   masing tabung
ditambahkan 1 ml larutan 0,4% formaldehid pada tabung 2 dan tabung 3
dicampukan dengan memutar pelan-pelan pada setiap tabung
ditambahkan 2 ml parafin cair pada setiap tabung
dipanaskan sampai suhu 380 C selama 10 menit
Hasil Pengamatan Rekasi
 
    







IV HASIL DAN PEMBAHASAN


1.1   Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan sebagai berikut:
a.       Sifat proteolitik enzim pepsin
Tabung
Bahan yang terkandung
( campuran terdiri atas )
Perubahan yang terjadi
Awal
Akhir
1
2 ml pepsin + 2 ml  HCL 0,4%
Bening
Keruh
2
2 ml pepsin + 3 ml  aquades
Bening
Keruh
3
2 ml aquades + 2 ml  HCL 0,4%
Bening
Jernih
4
2 ml pepsin yang didihkan + 2 ml  HCL 0,4%
Bening
Keruh

b.       Sifat proteolitik enzim tripsin
Tabung
Bahan yang terkandung
( campuran terdiri atas )
Perubahan yang terjadi
1
2 ml tripsin + 2 ml  buffer  pH 7,6
Ungu Muda
2
2 ml tripsin + 2 ml  akuades
Ungu Muda
3
2 ml tripsin yang dididihkan + 2 ml  buffer  pH 7,6
Ungu Tua

c.       Aktifitas enzim dehidrogenase dalam air susu
Tabung
Bahan yang terkandung
( campuran terdiri atas )
Warna Asal
Hasil
1
5 ml susu + 1 ml metilen biru
Biru Muda
Biru Muda Pekat
2
5 ml susu + 1 ml metilen biru + 1 ml formaldehid
Biru Muda
Biru Muda Pudar
3
5 ml susu + 1 ml metilen biru + 1 ml formaldehid
Biru Muda
Biru Muda Pudar


1.2   Pembahasan
Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel. Enzim adalah suatu katalis biologis yang dapat mempercepat terjadinya keseimbangan suatu reaksi kimia. Bisa pula dikatakan enzim sebagai protein dengan sifat katalitik, dimana sifat katalitiknya jauh lebih besar daripada katalis sintetis yang dibuat secara kimia oleh manusia. Enzim juga memiliki spesifitas tinggi terhadap substrat, atau dengan kata lain hanya mau mengkatalis reaksi tertentu dengan substrat tertentu saja. Kelebihan enzim sebagai pengkatalis adalah dapat mempercepat reaksi kimia spesifik tanpa pembentukan produk samping. Umumnya enzim punya berat molekul jauh lebih besar daripada substrat yang dikatalisnya
Adapun ciri – ciri enzim adalah sebagai berikut:
1.      Biokatalisator, yaitu enzim hanya dihasilkan oleh sel-sel mahkluk hidup yang digunakan untuk mempercepat proses reaksi.
2.      Protein, yaitu sifat-sifat enzim sama dengan protein yaitu dapat rusak pada suhu yang tinggi dan dipengaruhi pH.
3.      Bekerja secara khusus, yaitu enzim tertentu hanya dapat mempengaruhi reaksi tertentu, tidak dapat mempengaruhi raeksi lainnya. Zat yang terpengaruhi oleh enzim tersebut substrat.Substrat adalah zat yang bereaksi. Oleh karena macam zat yang bereaksi di dalam sel sangat banyak, maka macam enzim pun banyak.
4.      Dapat digunakan berulang kali, yaitu dapat digunakan berulang kali karena enzim tidak berubah pada saat terjadi reaksi. Satu molekul enzim dapat bekerja berkali-kali selama enzim itu tidak rusak.
5.      Rusak oleh panas, yaitu enzim rusak oleh panas karena merupakan suatu protein . Rusaknya enzim oleh panas disebut denaturasi jika telah rusak enzim tidak dapat bekerja lagi.
6.      Tidak ikut bereaksi, yaitu enzim hanya diperlukan untuk mempercepat reaksi namun tidak ikut bereaksi.
7.      Bekerja dapat balik, yaitu suatu enzim dapat bekerja menguraikan suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa lain dan sebaliknya dapat pula bekerja menyusun senyawa-senyawa itu menjadi senyawa semula.

Adapun cara kerja enzim ada dua yaitu teori gembok- anak kunci dan teori induced fit. Pada teori gembok-anak kunci, sisi aktif enzim mempunyai bentuk tertentu yang hanya sesuai untuk satu jenis substrat saja. Bentuk substrat sesuai dengan sisi aktif, seperti gembok cocok dengan anak kuncinya. Hal itu menyebabkan enzim bekerja secara spesifik. Substrat yang mempunyai bentuk ruang yang sesuai dengan sisi aktif enzim akan berikatan dan membentuk kompleks transisi enzim-substrat. Senyawa transisi ini tidak stabil sehingga pembentukan produk berlangsung dengan sendirinya. Jika enzim mengalami denaturasi (rusak) karena panas, bentuk sisi aktif berubah sehingga substrat tidak sesuai lagi. Perubahan pH juga mempunyai pengaruh yang sama.

Sedangkan pada teori induced fit, reaksi antara substrat denan enzim berlangsung karena adanya induksi molekul substrat terhadap molekul enzim. Menurut teori ini, sisi aktif enzim bersifat fleksibel dalam menyesuaikan struktur sesuai dengan struktur substrat. Ketika substrat akan terinduksi dan kemudian mengubah bentuknya sedikit sehingga mengakibatkan perubahan sisi aktif yang semula tidak cocok menjadi cocok (fit). Kemidian terjadi pengikatan substrat oleh enzim, yang selanjutnya substrat diubah menjadi produk. Produk kemudian dilepaskan dan enzim kembali pada keadaan semula, siap untuk mengikat substrat baru.

Dalam praktikum kali ini melakukan tiga percobaan, yaitu percobaan sifat proteolitik enzim pepsin, sifat proteolitik enzim tripsin dan aktivitas enzim dehidrogenase di dalam air susu. Pada percobaan pertama mengenai sifat proteolitik enzim pepsin, adapun langkah kerjanya yaitu tabung no 1, 2, 3 dan 4 yaitu dengan bahan campuran secara berturut-turut 2 ml pepsin dan 2 ml HCL 0,4 %, 2 ml pepsin dan 3 ml akuades, 2 ml aquades dan 2 ml  HCL 0,4% , serta 2 ml pepsin yang didihkan dan 2 ml HCL 0,4 % kemudian dikocok secara merata dan terlihat warna bening pada keempat tabung, kemudian setelah dipanaskan selama 30 menit pada suhu 380 C terjadi perubahan warna. Pada tabung 1,2 dan 4 terjadi perubahan warna dari bening menjadi keruh. Kekeruhan ini bertanda bahwa albumin tidak diuraikan oleh protein. Sedangkan pada tabung no 3 terlihat sangat jernih dibandingkan dengan yang lainnnya, kerana albumin telah diuraikan oleh protein. Dan pepsin menguraikan albumin dalam keadaan asam. Hal ini juga dipengaruhi oleh kerja pada suhu yang optimal yaitu 380 C.

Enzim Pepsin adalah enzim yang terdapat dalam perut yang akan mulai mencerna protein dengan memecah protein menjadi bagian–bagian yang lebih kecil. Enzim ini termasuk protease, pepsin disekresi dalam bentuk inaktif: pepsinogen, yang akan diaktifkan oeh asam lambung. Enzim ini diproduksi oleh bagian mukosa dalam perut yang berfungsi untuk mendegradasi protein. Enzim ini memiliki pH optimum 2-4 dan akan inaktif pada pH diatas 6. Pepsin adalah salah satu dari 3 enzim yang berfungsi untuk mendegradasi protein yang lain adalah kemotripsin dan tripsin.

Pada percobaan kedua mengenai sifat proteolitik enzim tripsin, adapun langkah kerja percobaan ini yaitu mula-mula memasukkan sedikit serabut fibrin atau albumin ke dalam tabung 1, 2 dan 3 mengocok tabung lalu. enzim ini didihkan pada suhu 380C selama 30 menit. Adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada pengamatan ini yaitu pada tabung no.3, menghasilkan warna yang berbeda yaitu ungu tua, sehingga dapat disimpulkan bahwa suhu yang optimal bagi enzim tripsin sangat mempengaruhi dalam kerja enzim tersebut. Sedangkan pada tabung no.1 dan 2 ini berbeda hasilnya yaitu ungu muda. Hal ini karena suhunya belum optimal, sehingga hasil dari kerja enzim tersebut belum maksimal.

Pada percobaan aktivitas enzim dehidrogenase di dalam air susu, adapun langkah kerjanya yaitu menambahkan 5 ml air susu ke dalam masing-masing 3 tabung reaksi. Lalu mendidihkan susu pada tabung 3 dan didinginkan. Kemudian menambahkan 3 tetes metal biru 0,02% (indikator) pada masing-masing tabung dan mencampukan dengan memutar pelan-pelan pada setiap tabung. Lalu menambahkan 2 ml parafin cair pada setiap tabung dan memanaskan sampai suhu 380 C selama 10 menit. Adapun hasil pengamatan yang didapatkan adalah dalam percobaan ini enzim bekerja mengoksidasi substrat dengan melepaskan hydrogen dari substrat. Yaitu Hidrogen bereaksi dengan dengan methylin blue. Dan telah terbukti bahwa dalam susu terdapat banyak enzim dehidrogenase. Karena terlihat pada tabung no.1 menghasilkan perubahan warna biru muda yang sangat pekat dibandingkan dengan yang lainnya.






















V KESIMPULAN



Adapun kesimpulan dari hasil percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Enzim pepsin memiliki pH optimum 2-4 dan akan inaktif pada pH diatas 6.
2.      Enzim pepsin memiliki pH optimum 7,6-8,5
3.      Enzim pepsin bekerja pada suhu optimal 380C yang ditandai dengan warna jernih.
4.      Enzim tripsin bekerja pada suhu optimal 380C yang ditandai dengan perubahan warna ungu tua.
5.      Enzim dehidrogenase bekerja mengoksidasi substrat dengan melepaskan hydrogen dari substrat yang ditandai dengan perubahan warna biru muda pekat.














DAFTAR PUSTAKA



Campbell, N. A. 2000. Biologi Edisi Kelima.. Jakarta: Erlangga.
Lehninger AL. 1982. Dasar – Dasar Biokimia Jilid I. Maggy Thenawijaya, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Poedjiadi, Anna dan Supriyatin. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Soewoto, Hafiz, dkk. 2000. Biokimia Eksperimen Laboratorium.Jakarta: Widya Medika.
Winarno, F. G.1995. Enzim Pangan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.